Kabupaten Lamongan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Kabupaten Lamongan berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di barat.
Kabupaten
Lamongan terdiri atas 27 kecamatan yang terdiri atas sejumlah desa
dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan.
Nama Lamongan berasal dari nama seorang tokoh
pada masa silam. Pada zaman dulu, ada seorang pemuda bernama Hadi, karena
mendapatkan pangkat rangga, maka ia disebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian
bernama Mbah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini.
Karena Ranggahadi pandai Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan mahir
menyebarkan ajaran agama Islam serta dicintai oleh seluruh
rakyatnya, dari asal kata Mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut Lamongan.
Adapun yang menobatkan Tumenggung
Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama, tidak lain adalah Kanjeng Sunan
Giri IV yang bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan
dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di
Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam dan para
Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan
dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Berbeda dengan daerah-daerah Kabupaten lain
khususnya di Jawa Timur yang kebanyakan mengambil sumber dari sesuatu prasasti,
atau dari suatu Candi dan dari peninggalan sejarah yang lain, tetapi hari lahir
lamongan mengambil sumber dari buku wasiat. Silsilah Kanjeng Sunan Giri yang
ditulis tangan dalam huruf Jawa Kuno/Lama yang disimpan oleh Juru Kunci Makam
Giri di Gresik. Almarhum Bapak Muhammad Baddawi di dalam buku tersebut ditulis,
bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam
pasamuan agung di Tahun 976 H. Yang ditulis dalam buku wasiat tersebut memang
hanya tahunnya saja, sedangkan tanggal, hari dan bulannya tidak dituliskan.
Oleh karena itu, maka Panitia Khusus Penggali
Hari Jadi Lamongan mencari pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari dan
menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah Panitia menelusuri buku sejarah,
terutama yang bersangkutan dengan Kasunanan Giri, serta Sejarah para wali dan
adat istiadat di waktu itu, akhirnya Panitia menemukan bukti, bahwa adat atau
tradisi kuno yang berlaku pada zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa
waktu itu, selalu melaksanakan pasamuan agung yang utama dengan memanggil
menghadap para Adipati, Tumenggung serta para pembesar lainnya yang sudah
memeluk agama Islam. Pasamuan Agung tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari
Peringatan Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Garebeg Besar atau Idhul
Adha.
Berdasarkan adat yang berlaku pada saat itu,
maka Panitia menetapkan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan
yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung Garebeg Besar pada tanggal 10
Dzulhijjah Tahun 976 Hijriyah. Selanjutnya Panitia menelusuri jalannya tarikh
hijriyah dipadukan dengan jalannya tarikh masehi, dengan berpedoman tanggal 1
Muharam Tahun 1 Hijriyah jatuh pada tanggal 16 Juni 622 Masehi, akhirnya
Panitia Menemukan bahwa tanggal 10 Dzulhijjah 976 H., itu jatuh pada Hari Kamis
Pahing tanggal 26 Mei 1569 M.
Dengan demikian jelas bahwa perkembangan
daerah Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhnya
berlangsung pada zaman keislaman dengan Kasultanan Pajang sebagai pusat
pemerintahan. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi
Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda Surajaya menjadi Adipati
Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng Sunan Giri IV.
Hal itu disebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang yang
selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng
Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang
asing dari Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasai Nusantara khususnya
Pulau Jawa.
Tumenggung Surajaya adalah Hadi yang berasal
dari dusun Cancing yang sekarang termasuk wilayah Desa Sendangrejo Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sejak masih muda Hadi sudah nyuwito di Kasunanan
Giri dan menjadi seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri karena
sifatnya yang baik, pemuda yang trampil, cakap dan cepat menguasai ajaran agama
Islam serta seluk beluk pemerintahan. Disebabkan pertimbangan itu akhirnya
Sunan Giri menunjuk Hadi untuk melaksanakan perintah menyebarkan Agama Islam dan
sekaligus mengatur pemerintahan dan kehidupan Rakyat di Kawasan yang terletak
di sebelah barat Kasunanan Giri yang bernama Kenduruan. Untuk melaksanakan
tugas berat tersebut Sunan Giri memberikan Pangkat Rangga kepada Hadi.
Ringkasnya sejarah, Rangga Hadi dengan
segenap pengikutnya dengan naik perahu melalui Kali Lamong, akhirnya dapat
menemukan tempat yang bernama Kenduruan itu. Adapu kawasan yang disebut
Kenduruan tersebut sampai sekarang masih ada dan tetap bernama Kenduruan,
berstatus Kampung di Kelurahan Sidokumpul wilayah Kecamatan Lamongan.
Di daerah baru tersebut ternyata semua usaha
dan rencana Rangga Hadi dapat berjalan dengan mudah dan lancar, terutama di
dalam usaha menyebarkan agama Islam, mengatur pemerintahan dan kehidupan
masyarakat. Pesantren untuk menyebar Agama Islam peninggalan Rangga Hadi sampai
sekarang masih ada.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar